Ciletuh Geopark

Ciletuh Geopark
Hari Pendidikan Nasional 2015

Jumat, 04 November 2011

Dan,Kamu Pernah Singgah...


Dan,
menerawang dirimu semalaman
hingga aku memiliki seseorang yang jantan
yang mungkin tak pernah bisa aku tinggal
seorang yang membagi aku atas banyak bagian
dan kau datang tiba-tiba merangkulku agar kau paham
menjadikan aku akrab dengan kebingungan
untuk memilih satu diantara kalian adalah sebuah beban
adalah sebuah keberatan yang tiada sopan
lalu kubiarkan kau pergi dalam kebebasan
mencari aku pada banyak perasaan perempuan
kau yang kesakitan pada mu ribuan pelukan
yang bepergian satu atas yang lain


Dan,
kesakitanmu memecah dirimu pada banyak cumbuan
dan ketika sebuah catatan harian mulai enggan dicatatkan
kau terhuyung memaknai kehidupan masa depan atau silam
kesepian tiada batas tepian bahkan untuk catatan harian
lalu gumam sendirian menatapi setiap mata pelarian
bahwa kematian merajuk pada dendam pada sebuah cawan
bahwa cinta telah mulai ke tepian jurangmu dan aku bergumam
merajuk pada lautan dan memimpikan kedunguan banyak perempuan
dari sekian harapan yang kandas tiada tujuan hanyut dan ketiduran
aku masih sendirian,


Dan,
aku ingin sekali menepi atas kamu yang berandalan
atau adalah wajahmu yang tersirat luka nanah barusan
tertindih banyak nama yang liyan aku menggelepar
tersirat sebagaimana salib Golgotha pada cadas nan tajam
Mencinta adalah onak yang dekaden dan teronggok di selokan jalan
regresi panjang dari sisa kegagalan cipta Tuhanku atas nalurimu yang kesetanan
Aku tak mau bercumbu dengan wajah yang lain selain tiadanya umpatan
mencipta kenangan yang singgah pada tiap pelukan insan adalah ironi berkepanjangan
atau mengingat seorang seusai cumbuan perempuan luka yang telanjang
bicara masa silam dalam ketersembunyian mengatakan seribu haluan jalan
atau mencari masa depan pada banyak liyan yang kandas tenggelam lautan


Dan,
Ajarkan aku tentang cinta lagi bagaimana pelukan dan ciuman dapat kulakukan
ketika aku mulai hilang arahku dan kau datang dengan jantan dan lantang
temukan atasku jangkar yang kuat pada binal lautan
atas topan nan  liar yang menjadi pada kapalku barusan
agar aku dapat henti jenak dalam tapaku yang panjang
merenungi betapa kemudian sesuatu mesti diam dan bertahan
sejenak menikmati laut sebagai dirinya sambil terpejam
berikan padaku jangkar yang kuat wahai perempuan
atas gelombang dan kapalku yang kuat namun menawan
agar kami tak senantiasa dalam liarnya kembara setan
merebak kalbu ketika kau berubah menjadi masam




Dan,
hendaknya kau mulai biasa
merubah cinta dan kepedihan menjadi kata
atas apa yang mesti aku katakan tentang apa yang terjadi semalam
bila berkali aku mulai merasa kesakitan aku gubah menjadi kata-kata pujian
aku kehilangan rasa yang dulu ada yang kerap singgap berkali seharian
semalaman aku mencairkan wajahmu dalam bait-bait sajakku yang sarat kerinduan
mencari setiap harap atau kemungkinan untuk bisa kembali seiringan
namun kesakitan hanya tiba beberapa saat untuk kugali lagi dan lagi dalam pelukan
aku demikian ragu atas makna cintamu setiap bulan
sesuatu yang juga ragukan akupada banyak kenangan
atas apa yang terharapkan atasku atas hari depan


Dan,
kali awal kenapa mesti itu ada pada benak setiap perempuan
hingga semua jadi berlarut menjadi harapan untuk sebuah kebersamaan
menapaki waktu ada sekian banyak kesakitan yang mestinya terobatkan
apa yang kadang aku ingat dari sesuatu yang pernah kuharapkan
bahwa aku demikian dihadapkan pada kebencian akan kelambatan sikap perempuan
untuk dapat berlanjut pada hal yang lebih dari sekedar asa dan percintaan
waktu demikian menjadikan
aku mulai labil akan tiadanya hal pasti atas semua yang terlupakan
bahwa kerap kata-kata menjadi pada asa kita mengikat kita menjadi lebam
atas segala apa yang lalu menjadi tiada mungkin untuk kita jalankan
betapa sulit untuk memilih banyak hal dari sekian pilihan

Dan,
untuk tetap berada pada jalur dirimu yang rupawan
bahwa setiap orang dihadapkan
pada batas-batas asanya untuk sendirian
kesabaran,harapanatau bahkan kebebasan
dan hasrat untuk sua dan berlanjut pada yang lain
cinta lalu dihadapkan pada sekian banyak kompleksitas penantian
sesuatu yang tak sederhana tanpa sebuah kepastian
sedemikian resiko yang mesti dihadapi dengan jalang
terlebih dicintai sebagai bagian dari apa yang tersepakatkan
kami dihadapkan pada keunikan kebebalan
dalam pahami setiap apa yang menjadi landasan
dari sebuah perpisahan betapa kemudian
semua menjadi melambung pada ketidakmungkinan
bahwa setiap manusia dilemahkan pada cintanya walau semalam
kehancuran yang lalu kerap perlahan mesti dibangun perlahan


Dan,
ketika usia mulai menjadi batas akan semua ini dan aku tahu bahwa kita dihadapkan
pada banyak arah kenaifan seorang lelaki betapa ini menjadi suatu yang berat beban
untuk kuhadapi kata-kata yang kerap liar dengan tualang panjang
mencari banyak tubuh dalam cintanya yang menjerembab aku kelelahan
dalam kelanaku ketika aku sendirian menepis banyak bayangan
aku ingin rebah jenak dalam pelukan indah nan hangat nian
rangkulan agung bidadari yang sinis akan ini namun selalu aku ijinkan
untuk ijinkan aku untuk dapat menjadi atas apa yang majemuk pada impian
supaya kau ada pada banyak wajah ataupun nama yang lain
aku akan senantiasa pulang dan kini aku tengah di jalan


Dan,
cumbuanku yang naif pada yang lain
cinta yang tertinggal dan aku mjenghindarkan
kepedihan dari makna yang ada dulu silam
adalah sebuah kebosanan dan kemualan
bahwa ini lalu kembali ada pada kita lalu kita mulai akrab dengan kebencian
pada hari-hari kita meruang pada akal sehat dan pengingkaran
aku mulai ingin jauh pergi kali ini mencair pada setiap kelaparanku atas asa yang liyan
aku ingin menegurmu menatapmu dengan senyum yang paham
bahwa sedemikian jauh ini tengah berjalan
dan aku tetap tegar sendirian
atas apapun aku masih seliar dulu hingga tumbuhnya uban
meski aku kerap kesepian terjebak lebur atau lebam
menjadi terbiasakan semata karena cinta seorang perempuan


                                                  Amsterdam,22 September 2011

**di kutip dari catatan seorang teman, Budi Sp Indrajati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar