Ciletuh Geopark

Ciletuh Geopark
Hari Pendidikan Nasional 2015

Senin, 27 Desember 2010

"PILEULEUYAN"


Jika tak ada lagi tempat untuk berharap, baiklah

Akan kututup semua pintu dan jendela

Bersama derai yang membasahi ubun-ubun

Menghitung kembali jejak yang masih tersisa

Di ujung jalan, setelah engkau memalingkan muka



Telah kujangkau pertemuan itu

Dengan air mata darah dan pikiran-pikiran tentang keniscayaan esok hari

Namun kau tetap tak bergeming

Hingga rasamu seketika menjadi batu

Lalu perlahan engkau mulai menipu



Aku akan pergi ke banyak peristiwa

Melupakan sebaris puisi yang dituliskan pada lengkung alismu

Memungut helaian kata yang berserak dari getar ranum bibirmu

Duhai, hati yang berdiam di sudut sunyi

Aku takkan kembali pulang menemuimu

*malam ini ku tulis lagi untuk terakhir kali
PILEULEUYAN...teu kedah patepang deui....

Sabtu, 25 Desember 2010

Moon over my obscure little Town


Orang asing

Seseorang yg asing

*ku tatap diriku sendiri di muka cermin

Berdiri di dalam cermin
Tak kupercaya aku pada pandanganku
Begitu banyak cinta telah diambil dariku 

*kulihat sekeliling, orang ramai di kantor pos,tapi aku merasa sendiri

Aku kesepian
Aku kesepian di keramaian
Mengeluarkanmu dari ingatan
Bak menceraikan angin dari awan

*lalu aku merasa takut

Takut
Aku sgt takut
Kehilangan seseorang yg tak pernah kumiliki

*dan aku lelah, lelah karena cemburu

Gila, gila rasanya
Gila karena cemburu buta

*dan aku merana, merana karena ditinggalkan

Yang tersisa hanya kenangan
Saat kau meninggalkanku sendirian
Dibawah rembulan yang menyinari kota kecilku
yang ditinggalkan zaman

*Akhirnya aku meratap, meratap karena cinta yg hilang

Sejauh yg dpt ku kenang
Cinta tak pernah lagi datang


Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman....

*www.padangbulan_andreahirata.com

Jumat, 24 Desember 2010

"AYAH"

Untuk ayahku, ERASE.....

Seorang anak wanita bertanya, tatkala ia melihat ayahnya
sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan
badan terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuk.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, “Ayah, mengapa wajah Ayah
kian berkerut-merut. Dan sepertinya, Ayah menjadi demikian tanpa keluhan
rasa sakit?” Ayahnya menjawab, “Sebab aku laki-laki.” Anak wanita itu bergumam,
“Aku tidak mengerti.” Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya
tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum. Lalu dibelainya rambut
anak wanita itu, sambil dibisikkan sebuah kalimat lembut. “Kelak kau akan mengerti.
” Anak wanitu itu pun kemudian tumbuh menjadi dewasa. Tetapi tetap saja dia tak
menemukan jawaban atas pertanyaannya bertahun-tahun lalu.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah
dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang
terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa
penasarannya selama ini.

”Saat Ku-ciptakan laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga
serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan
berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman,
teduh, dan terlindungi.”

“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang
menghidupi keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk
melindungi seluruh keluarganya.” “Ku-berikan kemauan padanya agar selalu
berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri
yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapat cercaan dari anak-anaknya.”

“Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah. Demi keluarganya, dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari. Demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan karena tersiram air hujan dan dihembus angin. Dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu
dia ingat adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih-payahnya.”

Jumat, 17 Desember 2010

"ODE DERMAGA"

15 Agustus jam 0:53  
--hanya untuk nyai, yang telah mengubah hujan menjadi pelangi--



Jika perempuan itu telah sampai dan menitipkan pesan, katakan, aku menunggunya di depan stasiun kota ini. Tapi jika perempuan itu tak pernah sampai, kabarkan, aku akan tetap menunggunya di dermaga yang dulu kami bangun dengan cinta.

Mungkin dia masih terkenang pada mimpinya tentang perahu yang mengayun ke tepian. Tapi jangan sangka juga aku berdiri di atas karang, karena kapalku kini hampir tenggelam. Bukan karena badai atau gelombang pasang, melainkan sebab cinta yang usai dipahami.

Apa lagi yang hendak dibicarakan? Ketika anak-anak telah tertidur, setelah pertanyaannya tentang sebab tiada terjawab? Apa lagi yang hendak diselesaikan? Sementara burung-burung melipat sarangnya agar tempias tak membasahi anak-anak di bawah sayapnya?

Aku, mungkin, masih menunggunya hingga perbatasan menuju arah mata terpejam.

O, perempuan yang lahirkan anak-anak zaman! Kini engkau kembali pada rumah yang melahirkanmu. Membalik waktu berpuluh tahun, sebelum engkau mendapatiku terkapar dalam pengharapan. Siapa memaksamu untuk mengikuti kata hati? Ketika akhirnya kau putuskan untuk menyesal, tiada keraguan engkau didera kehilangan teramat lara.

Tubuh dan pikiran teramat lelah. Mata kian kabur. Benda-benda semakin jauh. Kepala memberat. Kata-kata telah patah. Adakah semesta yang tak mengajukan syarat bagi jiwa-jiwa yang tertimbun gunung batu?

O, aku ingin mabuk bersama setan-setan, iblis keparat, dan selaksa basa-basi! Ingin kutusuk jantungmu agar dendam meleleh bersama embun yang menetes satu-satu. Jika ingin kau dapati keluasan samudera pada tangan dan mata ini, tengoklah ke dalam dirimu. Niscaya akan kau temukan kesenyapan paling sunyi.

Duh, Gusti. Di mana kesungguhanMu menitipkan beban sebagaimana bahuku mampu menyangganya? Di mana kebenaran ujarMu dalam firman, tiada pernah wadah terisi melampaui garis batas?

Dan masihkah kata-kata jadi penanda? Bagiku atau bagimu, mungkin sama-sama percuma. Meski berlembar kertas dan berbotol tinta, tak cukup sudah untuk mengobati luka. Meski aku tak pernah paham, dengan apa lagi harus kutunjukkan kesetiaan?

Aku, juga engkau. Berulang bersepakat atas nama keutuhan. Demi aku, demi engkau, demi anak-anak yang pernah kita lahirkan.

Tapi biarkan anak-anak mencari jalan hidupnya. Kelak mereka akan mengetahui, pertanyaannya hari ini tentang sebab memang tak perlu ada yang menjawab. Biarlah dermaga tetap menjadi dermaga. Tapi bukan tempat berlabuh untuk kedua kali, karena perahu kita telah lama karam.***

__Wilujeng milangkala. Mugi-mugi ditangtayungan, panjang yuswa, sehat iman-islam, seueur rejekina, mangpaat sareng barokah. Amien.__

*Peluk sayang untuk anak-anakmu yang tabah.

Lubbya


Cinta dan kekuatan ada padamu
Engkau telah mengisi ruang yang paling sederhana
Engkau lahir dengan segenap keluasan
Sebagaimana samudera mengajarkan karang menjadi karang
Seperti buih membasahi tepian
Laksana pasir merelakan dirinya menjadi hamparan


Kau menjadi perahu
Melesat menembus batas, dinding kesepian dan kegundahan
O, Cintaku!
Ingin kuputar jarum jam
Agar telingaku tak lagi berdarah-darah
Agar tak kutemui bentuk tanpa rupa
Menjangkau ke negeri asing
Menyambut belaian dan dongeng-dongeng

Kamis, 16 Desember 2010

Kewajiban bersuami istri


Wanita perlu taat kepada suami. Tapi tahukah, bahwa lelaki wajib taat kepada Ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada Bapaknya...

Wanita menerima warisan lebih sedikit dari pada Lelaki2. Tapi tahukah bahwa harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada
Suaminya, sementara apabila Lelaki menerima warisan, Ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk Isteri dan anak-anaknya.

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak. Tapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala umat, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini. Dan tahukah, jika ia mati karena melahirkan adalah Syahid dan Surga akan menantinya...

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggung jawabkan terhadap 4
wanita, yaitu: 1. Isterinya, 2. Ibunya, 3. Anak Perempuannya dan 4. Saudara Perempuannya.
Artinya: bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki.
Yaitu: 1. Suaminya, 2. Ayahnya, 3. Anak Lelakinya dan 4. Saudara Lelakinya.

Jujur & 'komitmen


A : Aku tdk menyukai istriku lg !
B : Pulang dan cintailah dia
A : Anda tdk mengerti aku, aku sdh tdk punya perasaan itu lg.
B : Pulang dan cintailah dia
A : Tetapi scr emosi aku berarti tdk jujur kalau aku memperlakukan istriku spt itu, pdhl aku tdk merasakannya.
B : Apakah menurutmu Ibumu mencintaimu?
A : Tentu saja (dg mantap)
B : Kira2 1 minggu stlh ibumu plg dr RS & membawamu plg, dan kamu menangis menjerit2 di tengah mlm krn popokmu basah dan dia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih, berjalan di lantai yg dingin tanpa alas kaki utk mengganti popokmu dan menyusuimu. Apakah menurutmu dia sungguh2 menikmati itu semua?
A : Tidak (menunduk)
B : Kalau bgtu, Apakah Ibumu secara emosi jg tidak jujur?

Ukuran besarnya cinta bukan krn dia menikmati mengganti popok di tengah mlm, melainkan krn ibumu RELA melakukan itu semua meski dia tdk begitu menyukainya.

Pernikahan tdk hanya didasari perasaan Cinta, lbh dari itu yaitu KOMITMEN.
Saat pertama seseorg menikahi istrinya pasti krn cinta, ttp cinta yg menggebu2 akan padam seiring dg berjalannya WAKTU

Hanya Komitmen yg membuat Cinta manggebu2 mjadi Cinta yg matang dan dewasa

Lalu.. Apa yg disebut dg Cinta Sejati ?? Cinta yg sifatnya turun ke bawah, yaitu cinta yg tdk memikirkan untung rugi, cinta yg rela berkorban demi seseorg yg dikasihinya. Inilah cinta yg hrs diusahakan dlm setiap Pernikahan.

Ada org berkata "aku cinta kamu".. berarti : "aku ingin memilikimu & biarlah km kumiliki" adlh cinta yg egois krn hnya bgantung pd Perasaan seseorg. Sebab perasaan akan dimakan oleh wkt dan bisa saja perasaan ini muncul pd diri org lain

Suasana hati mudah brubah, KONDISI FISIK smakin tua dan tdk menarik, komitmenlah yg menyelamatkan pernikahan

Berani mlakukan "tindakan" baik dlm keadaan suka maupun tdk utk mengasihi pasangan & mpertahankan Pernikahan yg telah Tuhan anugrahkan

Selamat Hari IBU..


Untuk ibuku ESK..


Sayangi IBU sebelum tiada
Seorang Ibu terduduk di kursi rodanya suatu sore di tepi danau, ditemani Anaknya yang sudah mapan dan berkeluarga.

Si ibu bertanya " itu burung apa yg berdiri disana ??"
"Bangau mama" anaknya menjawab dengan sopan.
Tak lama kemudian si mama bertanya lagi..
"Itu yang warna putih burung apa?"
sdikit kesal anaknya menjawab " ya bangau mama?..."

Kemudian ibunya kembali bertanya
" Lantas itu burung apa ?" Ibunya menunjuk burung bangau tadi yg sedang terbang...

Dengan nada kesal si anak menjawab "ya bangau mama. kan sama saja!..emanknya mama gak liat dia terbang!"

Air menetes dari sudut mata si mama sambil berkata pelan.."Dulu 26 tahun yang lalu aku memangku mu dan menjawab pertanyaan yg sama untuk mu sebanyak 10 kali,..sedang saat ini aku hanya bertanya 3 kali, tp kau membentak ku 2 kali.."

Si anak terdiam...dan memeluk mamanya.

Pernahkah kita memikirkan apa yg telah diajarkan oleh seorang mama kepada kita? Sayangilah Mama/Ibu-mu dgn sungguh2 krn sorga berada di telapak kaki Ibu.

Mohon ampunan jika km pernah menyakiti hati Ibumu.
Dan teruskan kpd Org2 yg perlu membaca renungan ini.
*Pernah kita ngomelin Dia ? 'Pernah!':s
*pernah kita cuekin Dia ? 'Pernah!'>:/
*pernah kita mikir apa yg Dia pikirkan?
'nggak!':/
* sebenernya apa yg dia fikirkan ?
'Takut':(
-takut ga bisa liat kita senyum , nangis atau ketawa lg.
- takut ga bisa ngajar kita lagi
Semua itu karena waktu Dia singkat..

Saat mama/papa menutup mata , Ga akan lg ada yg cerewet.:(
Saat kita nangis manggil2 dia , apa yg dia bales ?
'Dia cuma diam':(
Tapi bayangannya dia tetap di samping kita dan berkata : "anakku jgn nangis,mama/papa msh di sini.Mama/papa msh syg kamu.":(