Untuk ayahku, ERASE.....
Seorang anak wanita bertanya, tatkala ia melihat ayahnya
sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan
badan terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuk.
Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, “Ayah, mengapa wajah Ayah
kian berkerut-merut. Dan sepertinya, Ayah menjadi demikian tanpa keluhan
rasa sakit?” Ayahnya menjawab, “Sebab aku laki-laki.” Anak wanita itu bergumam,
“Aku tidak mengerti.” Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya
tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum. Lalu dibelainya rambut
anak wanita itu, sambil dibisikkan sebuah kalimat lembut. “Kelak kau akan mengerti.
” Anak wanitu itu pun kemudian tumbuh menjadi dewasa. Tetapi tetap saja dia tak
menemukan jawaban atas pertanyaannya bertahun-tahun lalu.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah
dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang
terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa
penasarannya selama ini.
”Saat Ku-ciptakan laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga
serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan
berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman,
teduh, dan terlindungi.”
“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang
menghidupi keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk
melindungi seluruh keluarganya.” “Ku-berikan kemauan padanya agar selalu
berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri
yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapat cercaan dari anak-anaknya.”
“Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah. Demi keluarganya, dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari. Demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan karena tersiram air hujan dan dihembus angin. Dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu
dia ingat adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih-payahnya.”
“Ku- berikan kesabaran, ketekunan, serta keuletan yang akan membuat
dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa
adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan
dan kesakitan kerapkali menyerangnya.”
"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi
mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam kondisi dan situasi
apapun juga. Walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya,
melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan
perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap.
Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila
saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling
menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara.”
“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan
pengetahuan dan menyadarkan bahwa istri yang baik adalah istri yang
setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang senantiasa
menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka
maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji
setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”
“Ku-berikan kerutan wajahnya agar menjadi bukti bahwa laki-laki
itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan
menemukan
cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga sakinah.
Dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai
laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa
beusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya,
kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”
“Ku-berikan kepada laki-laki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin
keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki,
walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat.
” Terbangun anak wanita itu dan segera ia berlari, bersuci, dan berwudhu dan
melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu ia hampiri
bilik ayahnya yang sedang berdzikir, ketika ayahnya berdiri, anak wanita itu
merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya. “Aku mendengar dan
merasakan bebanmu, ayah, Terima kasih …!”
Seorang anak wanita bertanya, tatkala ia melihat ayahnya
sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan
badan terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuk.
Anak wanita itu bertanya pada ayahnya, “Ayah, mengapa wajah Ayah
kian berkerut-merut. Dan sepertinya, Ayah menjadi demikian tanpa keluhan
rasa sakit?” Ayahnya menjawab, “Sebab aku laki-laki.” Anak wanita itu bergumam,
“Aku tidak mengerti.” Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya
tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum. Lalu dibelainya rambut
anak wanita itu, sambil dibisikkan sebuah kalimat lembut. “Kelak kau akan mengerti.
” Anak wanitu itu pun kemudian tumbuh menjadi dewasa. Tetapi tetap saja dia tak
menemukan jawaban atas pertanyaannya bertahun-tahun lalu.
Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah
dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang
terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa
penasarannya selama ini.
”Saat Ku-ciptakan laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga
serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan
berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman,
teduh, dan terlindungi.”
“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang
menghidupi keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk
melindungi seluruh keluarganya.” “Ku-berikan kemauan padanya agar selalu
berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri
yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali
dia mendapat cercaan dari anak-anaknya.”
“Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah. Demi keluarganya, dia merelakan kulitnya tersengat
panasnya matahari. Demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah
kuyup kedinginan karena tersiram air hujan dan dihembus angin. Dia
relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu
dia ingat adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan
mengharapkan hasil dari jerih-payahnya.”
“Ku- berikan kesabaran, ketekunan, serta keuletan yang akan membuat
dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa
adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan
dan kesakitan kerapkali menyerangnya.”
"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi
mencintai dan mengasihi keluarganya, di dalam kondisi dan situasi
apapun juga. Walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya,
melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan
perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap.
Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila
saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling
menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara.”
“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan
pengetahuan dan menyadarkan bahwa istri yang baik adalah istri yang
setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang senantiasa
menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka
maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji
setiap kesetiaan yang diberikan kepada istri, agar tetap berdiri, bertahan,
sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”
“Ku-berikan kerutan wajahnya agar menjadi bukti bahwa laki-laki
itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan
menemukan
cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga sakinah.
Dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai
laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa
beusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya,
kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”
“Ku-berikan kepada laki-laki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin
keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan
sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki,
walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat.
” Terbangun anak wanita itu dan segera ia berlari, bersuci, dan berwudhu dan
melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu ia hampiri
bilik ayahnya yang sedang berdzikir, ketika ayahnya berdiri, anak wanita itu
merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya. “Aku mendengar dan
merasakan bebanmu, ayah, Terima kasih …!”
blogwalking aj ya
BalasHapusso sweeeeeeeet ey
BalasHapus